Jokowi: Hilirisasi adalah Gerbang Emas Indonesia

Presiden Jokowi menyatakan, program hilirisasi sumber daya alam adalah gerbang emas bagi bangsa Indonesia. Melalui program hilirisasi, bangsa ini dapat mewujudkan cita-cita Indonesia Emas pada 2045.

Menurut Kepala Negara, Indonesia akan terus mengakselerasi program hilirisasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, memberikan nilai tambah sebesar-besarnya bagi bangsa, dan negara. Ke depan, tidak boleh lagi ada ekspor bahan mentah, melainkan hanya produk jadi dan minimal produk setengah jadi.

“Hilirisasi adalah gerbang emas untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045,” tegas Presiden dalam pertemuan dengan 18 pemimpin redaksi media nasional di Istana Negara, Jakarta, Rabu (19/01/2022).

Didampingi Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Kepala Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden Bey Tiadi Machmudin, Presiden menjelaskan tentang penanganan pandemi Covid-19, posisi Indonesia sebagai Presidensi G20, IKN, serta keberhasilan pemerintah memulihkan ekonomi dan melakukan transformasi ekonomi.

Presiden yakin, dengan hiliridasi di bidang pertambangan, migas, perkebunan, dan pertanian, PDB Indonesia akan terdongkrak. Lonjakan ekspor 2021 yang mencapai 38,3% dikontribusi oleh industri manufaktur. Dengan hilirisasi, ekspor nikel melonjak dari US$ 1,1 miliar tahun 2014 ke US$ 20,9 miliar tahun 2021.

Saat ini ada beberapa jenis produk olahan nikel di Indonesia, yaitu nickel pig iron (NPI), feronikel (FeNi), Ni-matte, mixed hydroxide precipitate (MHP), mixed sulphide precipitate (MSP), dan baja tahan karat (stainless steel).

Dalam waktu tidak lama akan dihasilkan pula nikel murni, nikel sulfat, dan material katoda. Hampir kesemua produk itu menggunakan bijih nikel saprolit, yang cadangannya sudah sangat menyusut.

Menurut Presiden, upaya hilirisasi terus dikebut pemerintah untuk memberikan manfaat lebih bagi negara. Selain serapan tenaga kerja, keberadaan industri hilir berdampak pada pendapatan negara dalam bentuk pajak dan meningkatkan devisa.

Setelah sukses menghentikan ekspor bijih nikel per 1 Januari 2020, Presiden Jokowi memerintahkan agar ekspor bauksit dihentikan mulai akhir 2022. Tak hanya bauksit, Presiden pun meminta Indonesia ke depan berhenti mengekspor konsentrat tembaga hingga timah.

4% Cadangan Dunia

Berdasarkan data Kementerian ESDM, jumlah cadangan bauksit Indonesia mencapai 1,2 miliar ton atau 4% dari cadangan bijih bauksit dunia sebanyak 30,39 miliar ton. Adapun pemilik cadangan bijih bauksit terbesar di dunia yaitu Guinea mencapai 24%, lalu Australia menguasai 20%, Vietnam 12%, Brazil 9%, dan Jamaika 7%.

Kebijakan hilirisasi dilakukan agar Indonesia tak lagi mengekspor bahan mentah, melainkan harus bernilai tambah terlebih dahulu setelah melalui proses pengolahan dan pemurnian di dalam negeri. Kementerian ESDM mengungkap ekspor bijih nikel mencapai 30 juta ton pada 2019, naik 36,36% dari ekspor sebelumnya 22 juta ton.

Untuk mempercepat hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah, pemerintah pun mendorong badan usaha meningkatkan kapasitas fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter). Pemerintah telah menargetkan pembangunan 53 smelter pada 2024, dengan 20 smelter di antaranya telah beroperasi hingga 2021.

Untuk komoditas mineral nikel, upaya hilirisasi meliputi pengolahan bijih nikel menjadi feronikel, stainless steel slab, lembaran baja, dan bahan utama untuk baterai lithium.

Pada 27 Desember 2021, Presiden Jokowi meresmikan smelter bijih nikel milik PT Gunbuster Nickel Industry (GNI) di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Acara peresmian digelar di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

Menurut Presiden, keberadaan smelter dengan kapasitas produksi 1,8 juta ton per tahun tersebut akan meningkatkan nilai tambah hingga 14 kali lipat dibandingkan bahan mentah nikel.

“Saya sangat menghargai, mengapresiasi pembangunan smelter oleh PT Gunbuster Nickel Industry. Ini akan memberikan nilai tambah yang tidak sedikit. Dari bijih nikel yang diolah menjadi feronikel ini nilai tambahnya meningkat 14 kali, dan jika dari bijih nikel diolah menjadi billet stainless steel akan meningkat nilainya 19 kali lipat,” ujar Presiden seperti dikutip dari laman setkab.go.id.

Presiden menjelaskan, berdasarkan laporan yang disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, nilai ekspor stainless steel Indonesia pada 2021 melonjak sekitar US$ 20,8 miliar. “Biasanya kalau kita ekspor bahan mentah hanya US$ 1-2 miliar. Ini sebuah lompatan yang sangat besar sekali,” tutur dia.

Hilirisasi industri, menurut Kepala Negara, tidak hanya menghasilkan pajak bagi negara, tetapi juga mendorong pembukaan lapangan pekerjaan hingga mendatangkan devisa yang tidak sedikit. Contohnya smelter PT Gunbuster Nickel Industry Smelter yang mempekerjakan 27.000 orang.

Potensi Nikel RI

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Indonesia memiliki 30% cadangan nikel dunia, yaitu sebanyak 21 juta ton. Nikel dapat ditemukan di berbagai wilayah, seperti Halmahera Timur di Maluku Utara, Morowali di Sulawesi Tengah, Pulau Obi di Maluku Utara, dan Pulau Gag di Kepulauan Raja Ampat.

Bijih nikel laterit (limonit dan saprolit) merupakan komoditas umum di industri nikel di Indonesia. Jumlah bahan baku tersebut sangat berlimpah. Kondisi ini menjadi alasan dibangunnya industri baterai kendaraan listrik berjenis NCA (nikel kobalt alumunium oksida) dan NMC (nikel mangan kobalt oksida).

Empat BUMN, yaitu PLN, Antam, Inalum, dan Pertamina membentuk Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan nilai tambah komoditas mineral yang lebih strategis. IBC membuka kesempatan bekerja sama untuk proyek sektor hilir berdasarkan profitabilitas. Kerja sama mencakup kemampuan akses pasar dan pendanaan untuk mengembangkan produksi mineral dari cadangan perusahaan.

Selain itu, IBC turut serta dalam upaya hilirisasi nikel dengan membangun smelter feronikel di Halmahera Timur bernama Haltim. Smelter ini memiliki kapasitas produksi 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.

Baterai Listrik

Untuk meningkatkan nilai tambah terhadap nikel, pemerintah Indonesia telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan LG Energy Solution terkait proyek pabrik baterai kendaraan listrik pada 2020. Perusahaan tersebut berkomitmen untuk berinvestasi di industri baterai dari hulu hingga hilir dengan nilai investasi US$ 9,8 miliar atau sekitar Rp 142 triliun.

Pabrik tersebut direncanakan mengintegrasikan seluruh rantai pasok baterainya, dari penambangan, smelter, prekursor, katoda, produksi mobil listrik, hingga fasilitas daur ulang. Semua fasilitasnya akan dibangun di Indonesia. Dalam MoU antara pemerintah dan LG disepakati bahwa 70% nikel yang digunakan untuk memproduksi baterai mobil listrik harus diolah di Indonesia.

Investor lain yang berencana berinvestasi di industri baterai kendaraan listrik adalah Contemporary Amperex Technology (CATL). Perusahaan tersebut berencana menginvestasikan US$ 5 miliar atau setara Rp 70 triliun untuk pembangunan pabrik baterai litium di Indonesia. Pemerintah akan mewajibkan CATL mengolah 60% nikel yang digunakan untuk memproduksi baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Sukses hilirisasi nikel tahun 2021 akan diikuti oleh hilirisasi bauksit tahun 2022 dan tembaga tahun 2023. Hilirisasi adalah satu satu bagian dari transformasi ekonomi. Indonesia menghentikan ekspor komoditas dan beralih ke Ekspor produk manufacture bernilai tambah tinggi. Transformasi ekonomi lainnya, demikian Presiden, adalah peralihan dari negara konsumsi ke negara produksi. Indonesia selama ini lebih banyak menjadi konsumen daripada sebagai produsen.

Editor : Abdul Aziz (abdul_aziz@investor.co.id)

Berita ini dapat di lihat di Media Investor.

id_IDIndonesian
https://www.pria.org/https://terc.lpem.org/https://cefta.int/https://upb.iainkendari.ac.id/https://indolivestock.com/https://nemkv.cz/